Buah Hati
Tanggal 6 Mei 2009 adalah hari bersejarah bagiku. Disebuah kota kecil bernama Magelang putra pertamaku terlahir, dia bagian dari saksi sejarah bangsa ini. Karena kelahiranya berada ditengah gelombang permasalahan bangsa yang tak kunjung usai. Denyut nadi politik anak negri sedang bergejolak hebat, menghempas persahabatan, melahirkan kepentingan kekuasaan, bagi-bagi kursi seperti dagang sapi dan rakyatpun dikebiri, karena penguasa lupa diri.
Kehadiranmu sesaat setelah pesta demokrasi digelar, hingar bingar komentar terus menggelegar, menyemai masalah yang tak pernah kelar. Tangisanmu diawal kehidupanmu adalah keprihatinan sekaligus menyisakan harapan. Tangisanmu juga pertanda dari sebuah perlawanan dari penguasa tiran. Tangisanmu adalah isyarat bahwa perjuangan harus terus didengungkan. Meski sebelum kukumandangkan azan di telingamu, kata pertama yang kamu dengar adalah kasus Antasari Azhar
Bangsa ini memang sedang sakit, kronis dan hampir mati, akal sehat tak lagi di pakai, cahaya hati nurani telah jauh pergi, dan kearifan hanya sebatas obrolan.
Anakku…! Cepatlah besar…jadilah ilmuwan yang bijaksana, karena goresan penamu akan mampu menggetarkan Ars, teriakan lantangmu membumbung hingga langit ketuju, gerak langkahmu akan diiringi malaikat-malaikat kebenaran dan melahirkan benih-benih revolusi. Di atas semua harapan besar itu tertulis sebuah nama AQILA NAURA ARIFUDDIN
Magelang, 11 Mei 2009
Zuhron & Mita